Tak Ada Malu, Tapi Mengaku Islam ?
Tak Ada Malu, Tapi Mengaku Islam ?
By : Firli Ardrian
Assalamuallaikum wr.wb, Apa kabar kawan pembaca semua ? Semoga selalu dilimpahkan Kesehatan dan ketenangan hati dan fikiran, agar selalu terpancar aura positif dalam diri kita masing-masing yaah, Aaamiin.
Dalam tulisan kali ini, bisa dibilang ini adalah sekuel/terusan dari tulisan saya yang telah agak jauh berlalu, dengan judul Malu tapi Nafsu, bisa dilihat dan dibaca dalam blog yang sama juga, lalu pertanyannya, kenapa dibuat sekuel ? udah macem film Hollywood aja, jadi entah kenapa saya mendapatkan suatu kejadian atau fenomena, dimana itu ternyata semacam sinyal akan sebuah peristiwa yang terjadi hari ini, tentunya berhubungan dengan “Malu”, dan mungkin tulisan kali ini ga begitu Panjang kaya yang sebelumnya hehe, karna ini Cuma semacam melanjutkan dan memperjelas aja. So ? Bagimana ceritanya ? langsung aja mari kita bahas……….
Jadi cerita bermula dari beberapa Minggu lalu, disaat saya sedang silaturahmi kerumah Nene di Jakarta, karna sekarang saya tinggal di Bogor, lalu sebelum saya tiba dirumah nene, saya memutuskan untuk mampir ke warung Jus untuk beli Jus buah pastinya, dan disana saya bertemu oleh salah satu tokoh yang sakral dalam hidup saya, yaitu guru ngaji saya waktu zaman SD nama beliau Ustad Ari, beliau ini yang dulu buka pengjian buat anak-anak di dearah rumah saya di Radio Dalam Jakarta Selatan,yang ga pernah minta tarif/ bayaran sama sekali, walaupun pasti ada aja orang tua yang ngasih amplop, memang diterima sama beliau, Cuma kalo engga dikasihkan ke pengajar yang lain, karna ada 2 lagi kawan beliau yang juga ikut ngajar, atau engga langsung disumbangin ke Masjid, di sedekahkan, beliau ga makan uang dari hasil ngajar ngaji, wow saya ga nyangka dulu masih ketemu oang-orang seperti beliau di Indonesia, akhirnya nostalgia lah kita, ngobrol sana sini, dan yang saya tau, guru ngaji saya ini masih sama kaya dulu, kalau ngomong suka langsung to the point dan langsung ke garis besarnya, ga pake basa basi, singkat cerita diakhir perbincangan beliau memberikan sebuah nasehat sama saya, katanya, “ini kamu sekarang kan udah dewasa, bentar lagi nikah, nanti kalau punya anak, apalagi perempuan, sejak kecil, jangan pernah ajari bikin video dan jogged-joged ga karuan, tapi ajarin dia tentang MALU, ajarin dia tentang apa itu aurat, ,kenapa aurat harus ditutup, siapa aja yang boleh liat aurat nya dan bagaimana cara nutup aurat, ajarin dia cara wudhu, cara sholat, cara Baca Al Quran yang baik, hafalan surat-surat pendek dalam Quran, dan juga ga ketingalan ilmu tentang adab terhadap orang tua, sehingga nanti kalau dewasa, dia akan jadi anak perempuan yang cinta terhadap Agamanya, cinta terhadap Ulama, dan tau bagaimana cara menghormati orang tua persis kaya yang saya ajarin ke kamu dulu”, begitu kata-kata beliau kurang lebih.
Dan saya faham betul, mungkin salah satu maksut guru saya itu, menyampaikan hal demikian adalah karna, keadaan Indonesia ini, dizaman ini, sekarang semua pembuat onar, tukang cari sensasi, menjual harga diri demi materi, membuang rasa malu untuk hal yang bersifat duniawi, yang suka mengolok olok agama dan saudara sesama muslim, itu rata-rata semua pelakunya hari ini adalah oknum wanita, dan seperti judul tulisan ini, Tak ada Malu Tapi Mengaku Islam ? Yaa memang, lebih ironi lagi, mereka-mereka itu kalau ditanya agamanya apa ? Mereka akan jawab agama saya islam, itu lah yang membuat orang-orang zaman dahulu yang masih hidup dizaman ini, bisa langsung mengelus dada, beristigfar kepada Allah swt, padahal dalam Islam wanita derajatnya tinggi, letaknya mahal, dan berharga, tapi nampak ga ada harganya sama sekali akibat ulah mereka mereka itu.
Dan benar saja, beberapa minggu pasca pertemuan saya dengan guru ngaji saya itu, hari ini ada kasus yang sedang panas panasnya, tentang oknum wanita, katanya sih artis, dia mengolok-olok Ulama, menghina Ulama, bahkan sampai tega bilang kalau si Ulama ini hanyalah Tukang Obat, dan hanya ngaku-ngaku cucu Nabi sebagai modal jualannya, Nauzubillah, begitulah point besar yang saya tangkap dari kasus ini, bayangkan, wanita yang katanya Muslim, bisa bicara seperti itu terhadap Ulama dan sekaligus orang tua karna secara umur jauhh diatas dia, Apakah Islam mengajarkan hal demikian terhadap Ulama dan orang tua ? Dan karna hal ini lah saya memutuskan membuat sekuel tulisan dari Malu tapi Nafsu, guna mempertajamnya..
Baginda Rasulallah saw pernah bersabda, “Malu adalah bagian dari Iman”, namun Tuan Tuan Guru saya, tempat sekarang saya mencari ilmu, macam KH Tengku Zulkarnain, Ustad Abdul Somad, Ustad Khalid Basalamah, Babe Haikal, Ustad Adi Hidayat, dll, semua setuju , kalau malu adalah sebagian dari iman itu ditujukan untuk laki-laki, jika untuk wanita, malu adalah inti dari imannya didunia ini.
Karna kalau wanita sampai melepas perisai malu nya, sudah pasti hancur dan rusak seluruh imannya, ahhh wanita, betapa mahalnya wanita dalam Islam, sehingga untuk menyentuhnya saja, ga semua orang bisa melakukannya, betapa Indahnya perlakuan Islam terhadap wanita, bayarlah mahar dahulu, belajarlah ilmu agama sebaik-baiknya agar bisa memiliki seorang wanita Muslimah, betapa tingginya derajat seorang wanita dalam Islam, sehingga harus ditutupi semua bagian auratnya, maka jangan kau rusak citra baik seorang wanita dalam Islam, jika kita belum faham atau belum tau, belajar lah, bukan maki lah,, karna kalau sudah gamau belajar dan kerjanya hanya memaki, maka siap-siap, Allah swt akan cabut rasa Malu dalam diri kita, dan saya ingatkan Kembali ceramah dari Tuan Guru Ustad Khalid Basalamah, beliau berkata, “Jika Allah swt ingin membinasakan seseorang atau suatu kaum, maka pertama yang akan Allah swt cabut dari dirinya/kaum itu adalah rasa malu, karna malu itu adalah agama kita, salah satu dasarnya adalah rasa malu”. Jadi bagi saudara saudaraku sesama Muslim, terutama bagi yang wanita, jaga lah malu kita, ingatlah bahwa kalian itu mahal, ingatlah bahwa semua perbuatan kita didunia ini dilihat langsung oleh Allah swt dan nanti pasti semua akan dimintai pertanggungjawabannya kelak dihadapan Allah swt.
Kesimpulan : Rasa malu, harus ditanamkan sejak dini, inilah pentingnya peranan orang tua hingga guru guru Ngaji kita dari dulu hingga sekarang ini, ajarkanlah tentang malu, tentang aurat, tentang adab sedari kecil, karna anak kita adalah titipan Allah swt, salah satu investasi terbesar kita di akhirat nanti, betapa malu nya kita nanti dihadapan Allah swt jika sampai gagal mendidik anak-anak kita diakibatkan karna kelalaian kita didunia sebagai orang tua. Terakhir, mengenai peristiwa si oknum wanita yang katanya artis itu, yang memaki Ulama, saya jadi ingat nasehat Guru ngaji saya lainnya setelah masuk usia remaja, yaitu KH Fatih Nain, beliau pernah berkata, “kalau misalkan hari ini kita liat ada laki-laki kelakuannya buruk, akhlaknya buruk, persis kaya orang ga punya malu, maka ketahuilah, andai pelakunya itu adalah wanita, bisa jadi 9x lipat lebih memalukan dari pada si laki-laki tadi, karna separah parahnya laki-laki, nafsunya hanya 1, malunya juga 1, sedangkan perempuan, malunya 9, nafsunya juga 9, jadi andai hilang malu dari seorang wanita, sudah pasti bejat dan rusak serusak rusaknya wanita itu”.
Jadi buat si oknum wanita yang katanya artis itu, perbanyaklah beristigfar dan Taubatlah selagi masih ada waktu, kalau dengan Ulama saja kau sanggup berkata demikian kasarnya, apalagi terhadap orang lain yang bukan siapa-siapa ?? dan peringatan untuk si artis itu juga semua wanita Msulimah di Indonesia, jangan pernah mengaku Muslim jika tidak ada rasa malu dalam diri masing-masing, yuu mari kita sama-sama Muhasabah diri agar jadi pribidi yang lebih baik lagi 😊
Baiklah, sekian dulu tulisan sekuel saya kali ini, memang ga begitu Panjang kaya tulisan sebelum sebelumnya, karna ini hanya lanjutan dari tulisan Malu Tapi Nafsu di chapter sebelumnya, tapi mudah-mudahan ada manfaatnya buat semua, sekian dari saya, sampai bertemu dalam tulisan-tulisan saya berikutnya, mohon maaf jika ada kalimat yang tidak berkenan, Assalamuallaikum wr.wb.
Komentar
Posting Komentar