Antara Cinta Dan Status Pendidikan
Antara
Cinta Dan Status Pendidikan
By : Firli Ardrian
Cinta, apa sih cinta itu ?, Sebuah perasaan yang
menggambarkan tentang ekspresi keindahan, kecantikan, dan kesempurna, yang
semua orang didunia ini pasti memilikinya, sekalipun orang paling barbar didunia,
karna kalo kata Tuan Guru Ustad Adi Hidayat, “cinta adalah anugerah yang
diberikan oleh Allah swt kepada seluruh
mahluk didunia ini, dan anugerah pemberian dari Allah swt, sudah pasti adalah
keindahan, keserasian, kesucian, dan kesempurnaan, oleh karna itu, jika ada
manusia merasakan perasaan cinta terhadap lawan jenisnya, sudah pasti dia akan
menikahinya, menghalalkannya, karna dia ga akan mau merusak keindahan yang
dianugerahkan oleh Allah swt”.
Dan yaa, kalimat dari beliau mungkin Inn syaa Allah
akan selalu diingat dan dijaga oleh kami kaum laki-laki yang Inn sya Allah
beriman kepada Allah swt hinga kiamat. Namun, blakangan ini saya mendapatkan
pertanyaan yang awalnya saya sepelekan namun akhirnya kena juga jadi beban
fikiran, dan terus bertanya gimana dan gimana yaa ??
Yapp, pertanyaan yang bermula dari kawan saya yang
bertanya kurang lebihnya begini, Bang, kira-kira gimana yaah kalo kita jatuh
cinta sama perempuan, tapi secara tingkat Pendidikan , perempuan itu diatas
kita laki-laki, misalnya tingkat pendidikan kita adalah S1, namun si perempuan
sudah sampe dijenjang S2, atau tingkat Pendidikan kita Cuma SMA/SMK, lalu
perempuan yang kita cinta sudah menginjak jenjang S1, itu gimana yaa ? Apakah
keluarganya bakalan setuju ? Apakah nanti kalo udah nikah, kita bakal dianggap
remeh, apa gimana nih ??.
Awalnya saya hampir aja menjawab yang menurut saya
harus, yaitu kaya prinsip laki-laki pada umumnya, bila cinta yaa kejar, bila
sayang yaa perjuangkan, bila serius yaa halalkan, namun ada kalimat dari kawan
saya tadi yang menyinggung tentang gimana kalo dipaksakan nikah, pada akhirnya
kita akan dianggap remeh sama keluarga si perempuan ? karna mengingat status
Pendidikan dari anaknya lebih tinngi dari kita sebagai laki-laki, dan biasanya
nih, kalo udah bawa-bawa Pendidikan, ujung-ujungnya bakalan masalah kerjaan,
endingnya ngebahas masalah gaji, itu lah yang bikin nyesek.
Intinya, saya gabisa asal jawab pertanyaan kawan saya ini
langsung, saya butuh waktu buat meyakinkan bahwa jawaban saya bisa membuat dia
lebih tenang dan bisa jadi motivasi buat laki-laki lain diluar sana, karna saya
juga sadar, bahwa saya tinggal di Indonesia, dimana di negeri ini,
orang-orangnya masih banyak yang memandang seseorang itu dari status sosialnya,
jabatannya, termasuk tingkat pendidikannya, mungkin andai saya tinggal di
Amerika Serikat atau di Eropa, ga akan
sulit menjawab pertanyaan ini, karna prinsip orang-orang disana, asal cinta
sama cinta, yaudah sikat aja,mangkanya merupakan pemandangan yang umum, bila
disana itu ada pasangan suami istri, istrinya seorang dokter, suaminya Cuma
seorang tukang pipa, atau istrinya dosen/guru, suaminya Cuma tukang angkut
sampah pake Truck sampah setiap pagi, itu disana pemandangan yang wajar dan
umum.
Alhasil, mengingat beratnya pertanyaan itu, saya
memutuskan untuk membuat sebuah penelitian kecil-kecilan, dimana saya melempar
pertanyaan yang dipertanyakan kawan saya itu, kepada 10 orang perempuan yang
merupakan teman sejawat saya waktu kuliah, maupun yang sedang ngambil S2 saat ini,
sambil saya juga nyari-nyari bahan bacaan, buat memperkuat jawaban saya nanti, niat banget yaah saya ?
hehe.
Dan alhasil, setelah beberapa hari melaksanakan
peneltian kecil-kecilan itu, saya mendapatkan jawaban yang Inn syaa Allah bisa
memotivasi para laki-laki diluar sana, termasuk diri saya sendiri pastinya,
jadi dari ke 10 perempuan yang saya lempar pertanyaan tersebut, 9 diantaranya
mempunyai jawaban yang intinya sama, pointya sama, Cuma 1 yang jawabannya cukup
kontra dengan yang ber 9, mau tau apa jawabannya ? Nih saya rangkumin :
1. Mereka
bilang, emang tujuan kita punya suatu hubunga itu apa sih ? emang buat saingan
Pendidikan ? ngapain harus pusing mikirin status Pendidikan kalo emang dia
orang baik, bertanggung jawab, dan agamanya bagus, lalu kenapa harus ragu ?
Bukannya laki-laki itu takdirnya emang harus memperjuangkan ? Kan jadi Imam.
2. Banyak
kok didunia ini hal-hal yang ga mesti diukur dari tingkat Pendidikan, cinta
misalnya, seandainya si laki-laki itu orangnya bertanggung jawab dan punya visi
misi jelas kedepannya, serta pantang menyerah pastinya, berarti dia kan
laki-laki hebat, lalu apa yang bikin ragu ? Laki-laki punya semangat juang kaya
gitu ga banyak loo.
3. Memang
sih, kadang suka ada mulut-mulut yang julid, tapi ngapain didengerin ? Hidup
kita, pilihan kita, kan kita semua yang jalanin, ga bergantung dan berharap
sama omongan orang lain, jadi, why not ??
4. Perempuan
mah kalo ketemu laki-laki yang bener, tanggung jawab, dan punya prinsip kuat
dalam hidupnya, biasanya bakalan luluh,
dan kalo anaknya udah luluh, biasanya keluarganya pun akan ngikut, lalu
seandinya keluarganya pun awalnya ragu, yaa udah jadi tugas laki-laki
buat ngejawab keraguan itu, tutup aja telinga da buktiin dengan Tindakan nyata
nantinya..
Dah, kurang lebih itulah jawaban dari ke 9 perempuan
yang gw tanyain, gw rangkum dan gw akumulasikan dalam 4 point besar itu, lalu
giaman dengan yang 1 orang ? Dia agak
kontra, dia bilang, “kalo bisa nyari yang setingkat, kenapa harus nyari yang
dibawah ? Kan laki-laki dan Wanita banyak, jadi kalo bisa cari aja yang
setingkat dari segi apapun”.
Yaa, memang ga salah jawaban dia juga, mencari yang
status social maupun pendidikannya setara dengan kita memang ga salah, tapi
mencintai seseorang yang dari segi status social dan Pendidikan diatas kita,
juga bukan merupaka sebuah dosa.
Dan argument mereka yang 9 orang, juga ternyata
dikuatkan sama tulisan saya sebelumnya yang berjudul Filosofi Rumah, di
blog ini juga, disitu saya bilang, memang kalo kita udah menikah, sebaiknya belilah
rumah walaupun kecil, atau kontrak lah rumah walaupun kecil, karna dengan kita
melakukan itu, kita bebas menjalankan tugas sebagai seorang Imam dalam rumah
tannga, membangun keluarga kita dan tanpa campur tangan pihak manapun, karna
baik buruknya rumah tangga kita, ditentukan dengan sikap dan perbuatan kita
laki-laki sebagai Imam di keluarga kita nanti.
Dan wow, ga lama setelah saya mendapatkan jawaban dari
ke 10 teman perempuan saya itu, saya nemu sebuah artikel hebat yang jadi
Finishing buat permasalahan ini, sebuah
artikel berita yang saya temui di Facebook, tentang seorang suami di Makassar
sana yang pekerjaanya merupakan seorang pedagang kaki lima, sambil sesekali
jika ada tambahan, dia nyambi jadi supir pick up antar-antar barang keluar
kota, beliau hanya lulusan SMA, tapii, beliau ini, sukses menyekolahkan
istrinya sampai S2 di Univeritas Negeri Makassar, bahkan pada awalnya sang
istri sempat ga mau untuk sekolah tinggi sampai S2, namun ternyata sang suami
yang memaksa, karna ingin menunjukan, ga Cuma orang kaya loo, yang bisa sekolah
tinggi sampe S2, dan sekali lagi, wow, itu keren banget, kini sang istri sudah
bekerja menjadi dosen disebuah Universitas di Makasaar, dan sang suami, ga
berubah sedikitpun, beliau tetap menjalankan perkejaannya sehari-hari menjadi
pedagang kaki lima sambil sesekali nyambi jadi supir pick up, dan hidup mereka
pun bahagia, bahkan sang istri sangat teramat mencintai suaminya ini, karna
menurut dia, tanpa sang suami, dirinya bukan apa-apa dan ga akan jadi apa-apa
saat ini.
Dari kisah itu juga, kita bisa ambil hikmah, bahwa ga
Cuma orang-orang dengan tingakat Pendidikan tinggi aja yang punya pemikiran
maju, bahkan orang kecilpun juga banyak yang punya pemikiran luar biasa dalam
hidup ini.
Dan untuk kawan saya yang bertanya tentang keraguan
jika ente jatuh cinta sama perempuan yang beda status Pendidikan, ini
jawabannya, jawaban langsung dari para perempuan yang miniml status
pendidikannya adalah S1, ditambah sebuah kisah inspiratif dari seoang hamba
Allah di Makassar, jadi bukan Cuma jawaban dari pemikiran saya pribadi aja.
Dan harusnya,ini udah cukup buat jadi penyemangat
kita, dan semua laki-laki diluar sana, yang merasa mencintai seseorang tapi
dari segi status pendidikannya, kalah sama perempuan yang dicinta, tulisan ini
jawabannya, selama kita punya kemauan keras, tanggung jawab, dan punya visi
misi jelas kedepannya.why not ? kejar, dan halalkan dia, urusan takut dipandang
sebelah mata sama keluarga si perempan, tunjukin aja dengan prestasi dan
perbuatan nyata kita, selain itu, biar lebih afdol, bawa istri kita kalo dah
nikah nanti, tinggalah dirumah sendiri, baik ngontrak atau punya pribadi, yang
penting privasi kita dan kita bisa membangun rumah tangga tanpa ada intervensi
dan omongan-omongan nyinyir dari siapapun.
Oke, sekian dulu tulisan saya kali ini, semoga ada
manfaatnya, semoga menjawab uneg-uneg nya, maafkan kalo ada salah-salah dalam
kata penulisannya, semoga kedepan saya bisa menulis dengan lebih bak lagi,
Aamiin.
Assalamuallaikum wr.wb.
Komentar
Posting Komentar