Handuk Panda (Cerpen)

 

Handuk Panda 

 

“Nadya, kau adalah keindahan dari seluruh semesta,

Perpaduan antara semua kecantikan dan potongan kecil surga dalam dunia ini,

Aku berharap bisa selalu ada disana, bersamamu dan menemanimu sedikit lebih lama,

Nadya, mungkin kerbersamaan kita tidaklah panjang, kisah kita tak seindah dalam sebuah Dongeng cinta, dan ku, bukanlah Pangeran dalam kisah ini, karna ku harus pergi, meninggalkan dirimu, tapi bukan cintamu, karna tubuh ini boleh saja terkubur mati, tapi cinta, seharusnya akan abadi selamanya…

Salamku untuk Nadya, junior imut nan cantik serta pemalu, yang kuharap taakan pernah berubah selamanya.”

 

 

Heyy, namaku Nadya, dan ini adalah kisah cintaku, ooh maaf, bukan kisah cinta, karna ku tak pernah menjalin cinta dengannya, dengan seseorang yang akan kutuliskan dalam kisah ini, aku hanya bersamanya, melewatkan sedikit waktu, dan dengan teganya dia pergi meninggalkanku tanpa pernah bisa aku merasakan hadirnya lagi dalam hidupku, aku benci dia, aku bersumpah akan menenggelamkan semua kenangan tentangnya tanpa pernah kumunculkan lagi kepermukaan..

 

1.      Senior Favorit

Semua dimulai saat aku pertama kali menginjakan kaki didunia perkuliahan, hari itu, adalah masa Orientasi mahasiswa baru yang pasti diadakan setiap memasuki ajaran baru, jadi selama 3 hari berturut-turut, aku harus menghadapi galaknya kaka senior yang menjadi panitia, dijemur ditengah lapangan, dan serangkaian acara lainnya yang ga kalah menyusahkan.

Untungnya, aku sudah berkenalan dengan 2 orang teman Wanita yang juga satu jurusan denganku dikampus, namanya Dena dan Mitha, berkat mereka, aku jadi sedikit merasa berani menjalankan setiap agenda acara dalam Orientasi, walaupun faktanya, aku tetaplah aku, penakutt dan ga bisa dibentak keras.

Hari pertama, saat waktu memasuki jam 10 siang, kami semua digiring kelapangan untuk menyanyikan lagu Mars kampus, dan sambutan-sambutan dari Rektor serta para panita penyelenggara Ospek, saat acara sedang berlangsung, saat itu memang cuaca cukup panas dan posisiku benar-benar ada ditengah lapangan, lalu entah bagaimana ceritanya, pandanganku mulai kabur, dan kepalaku mulai pusing, lalu Mitha mulai berbisik, “Nad, lu gapapa ?”, aku baru saja akan berucap kalau aku baik-baik saja, namun tubuhku sudah roboh terlebih dahulu.

Lalu, disaat aku terbangun dan pandanganku masih belum jelas karna kacamataku yang belum kupakai, ada seorang senior cowo yang berkata, “udah sadar ternyata, kamu baik-baik aja ? masih ada yang sakit ga bagian tubuh atau kepalanya ?”, lalu ga lama ada senior cewe yang berbisik kepadanya supaya jangan terlalu baik, nanti ngelunjak, namun senior cowo ini berkata, “udahlah gausah lebay, anaknya juga baru sadar dari pingsan, dah ini biar gw yang urus”, lalu sambil mencoba untuk duduk, aku berbicara pada senior itu, bahwa aku udah jauh lebih baik, lalu kumenjelaskan kenapa aku bisa sampai pingsan, karna ternyata tadi pagi aku ga sarapan karna terburu-buru takut terlambat. Lalu sambil tersenyum, senior itu berkata, “yaudah, besok-besok jangan lupa sarapan yaah, sarapan itu penting, apalagi kamu ngambil jurusan Kedokteran kan ? Nah, untuk itu kita harus selalu jaga Kesehatan yaah”, belum juga sempat aku bekata sesuatu, senior ini udah bicara Kembali, “Oh iyaa, btw, saya juga jurusan Kedokteran, itu artinya kamu bakalan jadi junior saya dan saya bakal jadi kating kamu (kaka tingkat)”.

Kalian tau, entah kenapa, disini aku tersenyum sendiri sambil bekata, siap kak besok-besok Nadya ga akan lupa lagi buat sarapan sebelum berangkat kuliah, dan tanpa sadar aku udah mengucapkan namaku tanpa dia bertanya terlebih dahulu, dan senior ini menyadarinya, lalu sambil tesenyum ramah, dia berkata, “Dasar junior zaman sekarang, banyak banget yaah cara buat ngajak kenalan sama seniornya, pake acara sebut nama duluan supaya mau ga mau kita pasti bakalan nyebutin nama kita juga, hehe”, lalu aku spontan langsung berucap, engga kok kak, udah kebiasaan aja itu mah, aku ga bermaksut begitu, maaf yaah, lalu senior ini langsung berkata, “udah santai aja, saya mah orangnya ga suka marah-marah, dibawa santai aja asal tetap sopan, ok deh, nama saya Firli, Firli Ardrian, mahasiswa Kedokteran semester 5, disini temen-temen saya biasa manggil saya Lee, karna mata saya yang agak sipit kayanya hehe”, tapi panggil Firli juga gapapa sih”, aku tersenyum dengan semringahnya dan sedikit tertawa, mungkin itu adalah senyum dan tawa pertama yang aku berikan pada senior dikampus ini, yaitu senyum dan tawa untuk Abang Firli, Mahasiswa senior di Fakultas Kedokteran tempat aku berkuliah.

Lalu tak lama,Bang Firli mengatakan bahwa keningku agak berkeringat, lalu dengan ramahnya dia memberikanku handuk kecil putih bergambar Panda yang lagi makan bamboo, dia bilang, “Nih pake aja, bersih kok, belum pernah digunain sebelumnya, itu elap keringetnya dan kamu istirahat aja dulu lagi disini, nanti kalo udah bener-bener siap, boleh Kembali ke peserta yang lain”. Kemudian sambil berbalik arah dan berjalan keluar, Bang Firli berucap, “Daah Nadya, sampe ketemu lagi yaah”. Dan entah kenapa aku terpaku tak bergerak dan ketika kumencoba menoleh kearah dinding disebelahku, aku melihat wajahku menjadi merah ga karuan, yaa, wajahku bisa berubah warna kemerahan hanya jika aku menonton film drama korea dan melihat Opa Opa ganteng di film tersebut, dan kayanya ga pernah terjadi kalo sama setiap cowo yang kukenal, tapi ini, ini berbeda, kata-katanya, sikapnya, wajahnya yang santai dan cerah, ooh God, ini bisa jadi cinta pandagan pertama, dan senior ku yang Bernama Firli Ardrian, akan selalu kuingat baik-baik dan bisa jadi penyemangat setiap akan memulai hari dikampus, yaampunn, terima kasih Tuhan, tadinya dikira akan bertemu dengan senior-senior jutek dan dingin serta sok galak semua, tapi ternyata, Tuhan memang punya cerita berbeda untukku, dan aku bahagia sejauh ini.

 

2.      Saingan berat

Hari-hari Ospek pun berlalu, kini saatnya aku memulai hari-hari sah sebagai mahasiswa kedokteran dikampus ini, dan tentunya mataku ga akan pernah bisa berpaling lagi ke senior-senior lainnya sejak hari itu, seterusnya, aku selalu memperhatikan Bang Firli disela-sela jadwal perkuliahan, melihatnya berjalan, bermain basked, dan nongkrong dengan teman-temannya, membuat hati ini sealu berdebar-debar, aku ingin sekali bicara lagi berdua dengannya, menatap matanya, dan melihat hangat senyumnya, sedang asik aku berharap, munculah temanku Dena dan Mitha yang menepuk pundakku, dan mengajak ku untuk pergi ke kantin, lalu sambil bercanda, temanku Dena berkata, “Yailah Nad, kalo mau ngobrol mah ngobrol aja kali sama si Abang, dia juga kan gabakalan gigit, kalo dari cerita lu waktu itu, dia kan orangnya ramah, jadi buat apa malu ?”, lalu Mitha yang sambil gigitin permen juga menambahkan, “Iyaa Pandya, kan dikampus ini ga ada larangan buat ngobrol sama senior, jadi sah-sah aja klo lu mau ngobrol sama Bang Firli”, btw temen-temen jadi suka memanggilku dengan sebutan Pandya sejak Bang Firli ngasih handuk Panda waktu itu, alhasil mereka sering menggodaku dengan panggilan Pandya.

Dan sesampainya dikantin, aku melihat Bang Firli sedang berjalan mendekat, dan yang lebih bikin salting lagi adalah dia melihatku dan nampaknya agak tersenyum dan alamat akan menghamiriku atau paling engga menyapaku setelah sampai disini, wajahku sudah beruah jadi merah, aku mulai gugup dan ga karuan, lalu saat dia sudah mulai mendekat, lalu ada seorang Wanita yang memegang tangan Bang Firli lalu tersenyum padanya, Wanita itu tersenyum dan bicara dengan bang Firli dengan indahnya, mereka saling bicara dan Wanita itu memberikan sebotol jus buah pada Bang Firli, lalu mereka pergi ke kursi kantin yang agak mojok dan mereka berincang akrab, lalu yang lebih membuatku patah hati adalah aku melihat Abang mencubit pipi Wanita itu sambil ketawa bahagia, saat itu aku langsung mengajak Mitha dan Dena untuk segera pulang dan pergi dari kantin kampus,aku benar-benar kesal hari itu, bahkan sampai malam tiba, aku masih tak bisa melupakan kejadian tadi siang, ditambah pula hal yang membuatku makin hancur dan tak berdaya, ternyata setelah teman-temanku membantu mencari tau tentang siapa Wanita itu, dan ternyata Wanita itu Bernama Dilla, senior kami juga di fakultas Kedokteran, setingkat sama Bang Firli, yang merupkan Wanita cantik, baik hati, paling pinter dingkatannya juga ketua Himpunan Mahasiswa Kedokteran dikampus, dan wow aku merasa mati setengah, aku merasa ga akan pernah bisa mengharapkan sesuatu yang lebih ke Bang Firli, megingat aku hanyalah Mahasiswa baru yang pemalu dan belum lama dikenal sama Bang Firli, selama berhari-hari aku mencoba berdamai dengan perasaan, dan tibalah pada suatu malam lagi, dimana aku memutuskan akan berdamai dengan perasaan ini, perasaan yang sejak awal kuliah selalu menyemangatiku, dan caranya adalah, aku membuka laci lemariku dan mengambil handuk panda yang diberikan Bang Fir saat Ospek, aku beniat akan mengembalikan handuk itu pada Abang, sekaligus mengakhiri perasaan suka ku padanya, mungkin setelah itu semua, aku hanya akan memandang Bang Fir sebagai senior favorit aja, ga akan pernah lebih lagi, karna nampaknya aku juga cukup tahu diri.

 

 

3.      Tak Terduga

 

Keesokan harinya setelah pulang kuliah, aku berniat menemui Bang Firli yang biasanya sering main Basked sama senior lainnya  kalau pulang kuliah sudah masuk sore hari, sesampainya di pinggir lapangan Basked kampus, sambil membawa handuk Panda itu, aku mencari-cari bang Firli namun ga ketemu, aku berfikir mungkin dia sudah pulang, lalu saat aku baru akan beranjak, aku melihat Bang Firli keluar dari Toilet sambil batuk dan mentupi mulutnya dengan handuk kecil, wajahnya agak pucat dan nampaknya dia agak kurang sehat, lalu ku berfikir mungkin ini bukan saat yang tepat untuk mengembalikan handuk panda ini, sesaat sebelum aku lagi-lagi akan beranjak, aku melihat Dilla datang menghampiri bang Firli, memegang keningnya dan berbicara sesuatu, setelah itu, Bang Firli mengambil tas nya dan mereka berdua berjalan pergi dan pulang bersama, lalu aku yang tadinya mengurungkan niat untuk mengembalikan handuk itu hari ini, seketika berubah fikiran dan berjalan menyusul untuk menemui Abang, karna aku berfikir, semakin lama Handuk ini bersamaku, dan semakin aku menunda untuk mengembalikannya, perasaanku pastilah akan semakin sakit dan hancur, jadi tak ada alasan lagi untuk menundanya, aku segera menysul mereka, aku berlari dan memanggil Bang Firli dengan suara yang agak keras, lalu dia pun berhenti dan menoleh padaku, dan Dilla pun juga pastinya ikut berhenti, lalu sambuil tersenyum bahagia, Bang Fir menyebut namaku dan bertanya, “Nadya ? Ada apa ? kok sampe lari-lari begitu ?” Nafasku masih terengah-engah, dan baru saja aku akan berucap, Bang Fir sudah Kembali memotongnya, kali ini, dia bilang dengan serangkaian kalimat yng tidak akan penah bisa aku lupa, dia bilang, “Dill, lu tunggu di mobil duluan yaah, gw mau ngomong bentar nih sama Nadya, kasian udah lari-lari begitu”, Dilla pun hanya menjawab”Oke dehh Fir kalo gitu, gw tunggu di mobil yaah, lu santai aja ga usah buru-buru”, dan kalian tau apa yang aku rasakan saat itu ? entah kenapa hatiku berbunga dan terasa bahagia, Bang Firli dan Dilla bicaranya mengunakan kalimat Lu dan Gw, entah pemikiranku yang masih kekanakan atau memang, nampaknya mereka ga berpacaran, karna biasanya kan kalo pacaran ngomongnya paling engga Aku dan Kamu.

Setelah Dilla pergi, Bang Firli pun menoleh padaku dan melihat Handuk Panda miliknya yang kubawa, dan tanpa fikir Panjang dia pun berkata, “Nad, kamu mau ikut latihan Basked sama saya yaah ? itu sampe udh persiapan bawa handuk sama botol minum gitu (botol minum yang kutaruh disamping tas), yaampun maaf banget yaah, hari ini kepala saya lagi agak sakit, kurang enak badan kayanya nih, itu mobil aja nanti yang bawa Dilla, nanti dari rumah saya paling dia jalan kaki, soalnya ga begitu jauh sih rumah kita”, aku pun langsung tercengang dan berkata, Bang, engga kok aku ga bermaskut ngajakin abang main basked bareng, ehh maaf salah, maksutnya ikut Latihan bareng, ini niatnya aku  mau balikin Handuk yang waktu Ospek berapa Minggu yang lalu Abang pinjemin ke aku, karna ga enak udah kelamaan, lalu sambil tersenyum khas nya, Bang Firli pun langsung membantah, “eyy, itu buat kamu kok, udah simpen aja, angap aja itu hadiah selamat datang dari saya buat kamu, simpen yaah, jangan sampe hilang loo hehe, saya fikir kamu mau ikut Latihan Basked bareng, ternyata Cuma begini doangg”, dan seketika itu juga fikiran ku langsung berubah, aku yang sejak kecil memang terkadang suka bermain Basked walaupun ga sering dan ga jago, langsung saja berkata bahwa, gimana kalo Nadya mau ikut Latihan Basked bang ?, Bang Firli langsung mengerutkan keningnya, dia bilang, “Nadya, saya seneng kalo kamu mau ikut Latihan Basked bareng, tapi masalahnya, anak-anak Basked dikapus kita ini terkenal barbar kalo lagi pada main, bahkan kadang ga mandang kalo lawan mainnya ada cewe didalamnya, pokoknya barbar banget, gini aja deh, ini kalo kamu mau, ga jauh dari kampus ini, deket kamu pasti tau, ada lapangan Basked umum yang biasanya kalo sore dipake main sama anak bocah, nahh kalo kamu mau, setiap hari Kamis, kamu dateng kesana, biar saya ajarin kamu kursus trik main Basked buat nyesuain gaya main anak-anak kampus kita, karna kaya yang saya bilang, gaya main mereka agak keras, bisa cedera nanti kamu kalo belum biasa, dan nanti paling disana ada anak bocah pada main, bisa kita kasih duid buat jajan aja biar pada minggir dulu, satu atau satu jam setengah lah hehe, pokoknya kita latihan Selama 1 bulan alias 4x pertemuan dulu, setelah itu baru kamu boleh ikut main dikampus, mau apa engga ? tapi kalo kamu gamau juga gapapa kok, saya ga maksa”, MAUUUUU, tanpa fikir Panjang aku seperti keceplosan dan berkata dengan spontan, aku ga pernah menyangka malah semua kan jadi kaya gini, aku bakalan diberikan Latihan khusus sama Bang Firli beduaan,lalu kuulangi sekali lagi, Mau bang, mau banget dongg, lumayan kan diajarin Basked gratisan hehe, Bang Firli pun langsung tersenyum Kembali dan menyodorkan tangannya mengajak ku bersalaman, sambil dia bilang, “kalo gitu, DEAL, kita ketemu hari Kamis besok yaah”, aku pun menyalaminya dan berkata ok DEAL.

Setelah itu, Bang Firli pun berpamitan untuk pulang karna keplanya masih agak pusing dan kasian Dilla kalo nunggu kelamaan diparkiran, nanti disangka tukang parkir lagi dia yg ada hehe, sedikit guyonan darinya sebelum pergi. Aku pun masih berdiri mematung setelah Bang Firli beranjak, wajahku menjadi kemerahan dan jantungku tak berhenti berdegup engan kencangnya, sampai Mitha dan Dena pun berlari menghampiriku, dan Mitha mulai berkata, “woyy Nad, kenapa lu ? lu ngomong apaan aja ? kok muka lu sampe merah semua gitu ? Aku yang masih tersipu malu hanya bilang pada mereka, ga ada apa-apa kok, gw Cuma dapet pelatih Basked baru, merekapun saling memandang dan terlihat bingung, akupun cuma bisa tertawa kecil sambil menutupi rasa bahagiaku ini.

 

4.      Kebenaran

 

Hari Kamis pun tiba, setelah selesai kuliah, aku pun langsung buru-buru meninggalkan ruang kls dan berpamitan dengan 2 sahabatku Dena dan Mitha, aku begitu menggebu-gebu dan tidak ingin terlambat sedikitpun dan merusak moment bersejarah ini, dan setelah berganti pakaian olahraga dan aku berlari sampai dilapangan yang dituju, aku terkejut Bang Firli sudah tiba lebih dulu, dia sudah pemanasan sambil melempar-lempar bola Baskednya, aku pun menghampirinya dan berkata, Bang, maaf yaah kayanya aku yang terlambat nih, lalu bang Firli sambil tersenyum lebar dia berkata, “engga kok, ini ga terlambat, janjiannya juga kan jam 3 sore, Cuma emang saya aja suka dateng lebih awal, karna kalo dalam hidup saya, telat itu sesuatu yang fatal, bahaya banget, jadi saya selalu berusaha supaya dateng lebih awal dalam hal apapun”, dan wow itu keren banget, dalam hati aku terus mengulang kalimat “Keren dan Keren”, setiap kali Bang Firli abis cerita, lalu mulai lah dia  benar-benar ngasih uang jajan pada anak-anak kecil yang sedang main dilapangan, dia bilang nihh pada jajan dah yang kenyang, lapangannya Abang pinjem dulu yaa, anak-anak itu pun langsung minggir dan mempesilahkan kita menggunakan lapangan itu,  lalu Bang Fir mulai mengajariku berbagai hal dan Gerakan dalam Basked, dari mulai Dribbling, Passing, Shooting, Pivot, dll, namun saat dia mengajarkanku tentang Basked, seperti hilang sudah aroma mahasiswanya, aku merasa seperti sedang diajarkan Basked oleh pelatih professional sungguhan, bahkan senyum Bang Firli yang selalu hadir setiap bicara denganku, hilang saat dia sedang melatihku, dia nampak serius dan wajahnya agak tegang, Ya Tuhan, aku benar-benar jatuh hati kali ini, ku tak pernah merasakan perasaan seperti ini selama masa sekolah sebelumnya, walau dulu aku juga pernah menjalin hubungan dengan teman waktu SMA, namun hal itu hanya nampak seperti main-main saja, beda, jelas beda dengan keadaan saat ini, Ya Tuhan, aku bahagia sangatt.

Satu setengah jam pun berlalu begitu cepat, sungguh, rasanya seperti baru belasan menit, namun keringatku juga sudah bercucuran, dan aku mulai mengelap wajahku dengan Handuk yang Bang Firli berikan padaku saat Ospek, dia pun tertawa sambil berkata, “tau ga, waktu beberapa hari pasca Opsek, itu dirumah saya sempet nyariin handuk itu, ternyata saya lupa kalo udah saya kasihin ke kamu hedehh”, aku pun hanya bisa tersenyum-senyum melihat bang Firli ketawa, karna nampaknya dia sudah Kembali seperti semula setelah tadi saat melatihku, jiwa pelatihnya keluar banget, ga ada ketawa-tawa sama sekali, lalu dia pun berkata, “Nadya, kamu pulang naik Ojek Online kan ?”, aku pun langsung berkata Iya sambil mengangguk, dan Bang Firli pun berkata, “Udah, nanti kamu pulang saya anterin aja sampe rumah, sekarang kedepan sana dulu, kita makan Bubur Ayam disana, ada Bubur yang terkenal paling enak disini, belum pernah coba kan ? laper juga kan abis Latihan Basked ? Lets goo.

Sesampainya di warung bubur, kami pun langsung memesan, dan ini bisa dibilang, seperti kencan pertama untukku, aku tak pernah menyangka bisa kaya gini kelanjutannya, siapa yang sangka ? Sambil makan, kita pun ngobrol tentang banyak hal, dari mulai masa kecil kita, yang ternyata Bang Firli dulu kecilnya suka hoby ngebolang  main di kali sama temen-temennya, sampe pernah dihukum suruh joget didepan kls sama senior waktu baru masuk kuliah akibat ngebantah omongannya hehe, ternyata banyak juga kisah yang udah aku tau tentang Bang Firli setelah hari itu, lalu setelah puas makan dan ngobrol, Bang Fir pun mengantarkan aku pulang dengan mobilnya, dan dijalan, aku mencoba bertanya padanya tentang hubungannya dengan Dilla, bahkan sampai hari ini setiap kali menyebut namanya aku masih bilang Dilla, bukan Kak Dilla, padahal dia juga seniorku, lalu setelah aku mulai bertanya tentang, kak Dilla, ku bilang, Bang maaf, boleh nanya sesuatu ga ?, seperti biasa Bang Firli langsung tersenyum dan berkata, “boleh dongg, tanya aja yang banyak, gratis kok hehe” Dilla itu siapanya abang sih, kok kayanya deket banget yaah ?, baru aku selesai bertanya kaya gitu, Bang Firli langsung berucap,”kamu pasti cemburu yaah ? udaah ngaku aja lah, gapapa kok hehe, oke lah saya ngaku aja, jadi saya sama Dilla itu ga ada hubungan apapaun selain sahabat dekat, ga tanggung-tanggung, kita kenal udah dari zaman SD, dari awal dia pindah rumah kedeket rumah saya, sejak hari itu kita berteman dan bahkan dari SD sampe kuliah gini, kita sekolah ditempat yang sama, kita suka belajar bareng, tapi di sekolah kita juga saingan dalam hal prestasi belajar, Dilla ngalahin saya di mata pelajaran Fisika dan Matematika, sedangkan saya ngalahin dia di mata pelajaran Biology dan IPS, bahkan dalam olahragapun kita juga saingan, Dilla jago banget renang, sedangkan saya lumayan bisa main Basked, kita tuh udah deket banget, bahkan dia main kerumah saya udah kaya dateng kerumahnya sendiri aja, begitupun saya kalo numpang renang dirumahnya, wkwkwkwkw, dan hebatnya, walaupun banyak bersaing, kita ga pernah sekalipun marahan loo, kita selalu bisa saling ngertiin dan bahkan jelas saling bantu dan support, Cuma masalahnya itu orang kaya permen karet, kemana-mana ngikutin saya terus, sampe kuliah aja ikut-ikut ngambil kedokteran, kaya dikampus ini ga ada jurusan lainnya aja”.

Denger kisah tentang mereka, aku pun jadi agak cemburu sih, lalu kecembuuan itu entah kenapa langsung kuperjelas dengan bertanya,, kalo udah gitu, kok abang ga jadian aja sih sama Kak Dilla, ? Kan udah saling ngerti satu sama lain ?, Bangg Firli pun langsung menjelaskan, “Kamu nih udah orang kesekian yang menanyakan hal kaya gitu, temen-temen saya udah banyak banget yang bilang, Fir kenapa sih lu ga jadian aja sama Dilla ? Gila apa luu, itu cewek perfect bro, pinter, rajin, baik hati, perhatian sama lu, rumah deketan, keluarga juga udah saling kenal, dan apalagi kalo Dilla lagi berenang, itu HOT banget njirr, kaya Bidadari, bahkan saya sampe dikira punya kelainan ga suka sama perempuan karna hal itu”, lalu sabil berhenti didepan rumah ku karna udah sampe, bang Firli pun langsung menatapku dengan serius dan berkata, “ Dilla memang sempurna , saya mengakui itu, tapi karna sejak kecil kita udah bareng-bareng terus, saya jadi nganggap dia itu kaya ade kandung sendiri, berhubung saya ga punya ade Cuma puya Kaka doang, alhasil saya malah nganggap dia yaa ade kandung, yang harus saya lindungi dan saya jaga, bukan saya pacarin dan saya rusak, jadi mungkin, tugas saya kedepannya adalah membantu dia buat nemuin pasangan yang tepat kalo dia mau nikah nanti, entah apa saya sampe disaat itu nanti”, sampe sini aku langsung memotongnya dengan nada heran, kalo sampe ? maksutnya gimana yaa bang ?, lalu bang Firli Cuma bilang, “maksutnya kesampean ga dateng ke acara nikahnya Dilla nani dimasa depan, takutnya kan saya kerja dan dinas diluar kota atau bahkan Negeri”, aku pun masih terdiam keheranan karna atas omongan bang Firli barusan, namun dia langsung menyuruhku untuk segera masuk kerumah karna hari udah malam dan besok harus kuliah pagi, takut Nadya kelelahan katanya, lalu sebelum pergi, aku berucap padanya, makasih banget yaa bang untuk hari ini, aku kebantu banget nihh jadinya, Abang Firli pun menjawab, “iyaa Nad, sama-sama, sampe ketemu hari Kamis depan yaah”, aku pun langsung tersenyum dan mengacungkan jempolku padanya, sambil melihat mobilnya berjalan pergi, hari ini sungguh luar biasa, selain menghabiskan waktu bersama Bang Firli, aku pun mengetahui kebenaran bahwa Abang sama Dilla ga ada hubungan apa-apa selain sahabat dekat sejak dari kecil, eneng banet rasanya.

 

5.      Last

 

Hari-hari pun berlalu, dikamapus, kami jadi sering bertegur sapa dan sedikit berbincang setiap kali bertemu, bahkan kadang suka telfonan di malam hari membahas semua hal dari mulai seputar perkulihan sampai hal yang ga penting sekalipun,dan seminggu sekali setiap hari Kamis, aku dan Bang Firli selalu bersama dilapangan Basked tempat kami biasa Latihan, namun yang berbeda di Kamis Kamis berikutnya adalah, Bang Firli ga lagi berwajah tegang setiap melatihku, kini senyumannya mulai keluar dan yang membuatku lebih terbawa perasaan adalah, kadang dia suka mengelus rambutku setiap kali aku berhasil mempraktekan Gerakan yang dia perintahkan,, sambil tersenyum manis, dia berkata, “Dah, ini mah anak-anak dikampus bakalan lewat semua sama kamu Nad, kamu cepat belajar ternyata, ga nyangka, padahal kalo saya rasa belum siap, mau saya tambah lagi 2 minggu kedepan, tapi nyatanya kamu pandai Nadya, cepet belajarnya”, lalu sambil tersipu malu, aku pun berkata, gaapapa kok bang kalo mau ditambah juga, aku sih mau aja, kan biar jago katanya hehe, kemudiaan sebuah tangan mencubit pipiku dengan gemes, dan sambil tersenyum berkata, “iyaa sih, Cuma masalahnya ini duid saya lama-lama bisa abis buat ngasih uang jajan bocah-bocah supaya pada minggir dulu, hihihihi”.

Begitulah kami di satu hari Kamis yang syahdu setiap Minggunya, hingga tak terasa sampailah aku pada hari Kamis terakhir Latihan khusus bareng bang Firli, sama kaya yang udah-udah ga ada yang berbeda, namun yang membedakan kali ini adalah saat kami sudah hampir selesai Latihan, hujan terun dengan lebatnya, lalu Bang Firli menyuruhku untuk segera masuk ke Mobilnya yang terparkir dipinggir lapangan, sesampainya didalam kita ga langsung pulang, bang Firli ceritanya mau nanya-nanya tentang kesan dan pesan setelah satu bulan ini Latihan Basked rutin setiap hari Kamis sama dia katanya, lalu aku hanya bisa menjawab, kalo aku sangatlah berterima kasih, ini ilmu yang ga akan terlupakan sampe kapanpun Bang, pokoknya aku udah bahagia banget, semoga nanti kedepannya dikampus, kita bisa selalu main Basked bareng yaah bang, tapi jangan terlalu barbar yaah hehe, Bang Firli pun hanya tersenyum kecut seolah ada sesuatu dibalik senyumannya, dan tiba-tiba aja dia menggenggam erat tanganku  dan berkata, “Nadya, pokoknya kalau kamu bisa dan mau, jadilah pemain Basked yang hebat buat kampus kita, ga mesti selalu menang, yang penting kamu bermain totalitas sepenuh hati, dan yang lebih penting lagi, kamu harus jadi Dokter hebat dimasa depan nanti, kamu harus bisa bermanfaat buat banyak orang nanti, jangan sampai ilmu yang kamu punya Cuma mentok sekedar buat nyari uang aja, pokoknya saya mau liat kamu nanti berhasil dengan segala keunikan dan kejeniusan kamu itu”, ku sempat termenung mendengar ucapan Bang Fir saat itu, terlebih tangannya mendekap erat tanganku dan aku merasakan kalau tangannya agak gemetar, lalu dengan tenang karna sudah berusaha tenang, aku berkata bahwa aku akan berusaha menepati semua yang abang bilang barusan itu, aku mau kita sukses bareng nanti, dan sama-sama berada dipuncak karir kita sebagai Dokter nanti Bang, “Aamiin”, bang Firli hanya menjawab kalimat singkat itu dan tersenyum puas mendengar jawabanku, ga lama kita pun jalan, dan sambil dalam perjalanan, Bang Firli pun mengingatkan, kalau 4 hari lagi bakalan ada acara puncak Dies Natalis Kedokteran kampus kita, biasanya sih bakalan meriah banget, kamu jangan lupa dateng yaah, masa acara Fakultas sendiri ga dateng, , aku pun hanya bisa mengiyakan karna memang aku dipilih menjadi panita dari kalangan junior yang udah pasti bakalan jadi sesi sibuk selama acara berlangsung, tapi tak apa, selama Baag Firli ada, selamanya hatiku akan selalu merasakan kegirangan dan bahagia yang ga tebendung.

 

Hari itupun tiba, acara puncak Dies Natalies Kedokteran kampus ku pun berlangsung, ditengah meriahnya acara dan kesibukan ku, mata ku selalu melihat kesana kemari mencari Bang Firli yang tak kunjung datang, aku mulai berfikir, apa dia ga bisa datang karna ada suatu keperluan mendadak, atau malah sedang pergi sama Dilla, karna kebetulan, aku pun juga ga melihat Dilla yang kalo dia ada, sudah pasti akan mengundang perhatian banyak orang, aku menelfon bang Firli berulang kali, namun Handphone nya ga diangkat, lalu dalam kebingungan yang teramat sangat, Handphone ku pun berbunyi, dan betapa bahagianya diriku karna ternyata Bang Firli yang menelfon, lalu setelah aku angkat, ternyata yang bicara adalah Dilla, dia menyuruhku untuk segera datang ke salah satu Rumah sakit di Jakarta, katanya ini penting banget, jadi cepatlah datang, tak lama setelah aku mematkan telfon, aku melihat senior-seniorku yang biasa main Basked bersama Bnag Firli, juga pergi dengan tergesa-gesa seolah ada kepanikan dalam wajah mereka, aku pun langsung mengajak Dena untuk menemaniku ke Rumah Sakit itu, karna aku tak bisa menemukan satu sahabatku lagi yaitu Mitha, akhirnya kami pun pergi hanya ber dua ,fikiranku juga kacau tak karuan, aku terus bertanya, ini ada apa, kenapa dengan Bang Firli ?, singkat cerita sampailah kita di rumah Sakit yang dituju, sesampainya disana aku langsung bertanya dimana tempat Bang Firli dirawat, setelah diberi tau ruangannya, dan kami sampai disana, aku melihat sekerumunan orang yang berkumpul termasuk teman-teman Basked nya bang Firli, lalu Dilla langsung menghmapiriku dan memeluk ku,aku pun seolah ga mau terbawa oleh dugaan-dugaan yang sepintas terlewat dalam fikiranku, namun Dilla memegang tanganku dan membawaku mendekat kesebuah ranjang Rumah Sakit, disana semua orang mengitari dan menangis, aku melihat Bang Firli yang sudah ditutupi selimut hingga ke leher, hanya kepalamya saja yang masih nampak, dia tampak tertidur dengan sedikit senyuman diwajahnya, aku merasa mungkin bang Firli hanya sedang tidur karna obat bius, namun Dilla membisikan ketelingaku, dia bilang, “Nadya, Firli udah ga ada, sekarang dia udah bisa tersenyum lega melihat kita semua disini tanpa merasa sakit sedikitpun, dan seketika itu juga air mata mengucur dari mata ku, tangisku pun pecah tidak tertahankan sampai membuat orang-orang didalam ruangan semua melihatku, aku ga pernah menyangka ini akan terjadi, aku merasa seperti dipermainkan, di buat jatuh hati, lalu ditinggalkan gitu aja, aku bilang ke Dilla, kalau ini semua bohong kan, bang Firli ga mungkin setega itu sama aku Kak, ini ga mungkin terjadi, berapa hari yang lalu kita masih main Basked bareng dan berjanji bakalan dateng ke acara Dies Natalis, bang Firli masih sehat-sehat aja, dia ga kenapa-napa, tangisku makin tak terbendung, Dena pun turut menenangkanku, Dilla segera  menarikku keluar ruangan agar aku tidak menambah duka dari keluarga.

Diluar, tubuhku pun terasa lemas, fikiranku pun seperti orang gila yang tak punya akal sehat, aku terus menerus memiirkan semua hal indah yang kulewati bersama bang Firli, dan aku bahkan masih sempat mengumpat Bang Firli, kalau dia ga ada bedanya sama laki-laki lain diluar sana, biasanya Cuma memberikan harapan palsu, lalu pergi gitu aja tanpa kejelasan, tak lama tubuhku pun semakin lemas, dan aku pun jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Dena dan bebeapa orang seniorku yang membawa aku pulang kerumah dalam keadaan pingsan, malam itu aku seperti bermimpi tentang Bang Firli yang berlarian bebas disebuah padang rumput luas dan hijau, dia terlihat sangat bahagia dan mengajakku untuk bersamanya, namun aku tak bisa menghampirinya, seperti ada pembatas yang menahanku untuk berjalan.

Keesokan harinya, dengan mata yang masih sembab karna terlalu banyak menangis, aku menghadiri pemakaman Abang sekaligus menemuinya untuk mengembalikan semua perhatian dan kasih sayangnya selama ini, biar aku melepasnya bersama semua kenangan itu, biarkan tekubur rapi bersamanya. Setelah proses pemakaman berakhir dan semua orang mulai pergi, aku beniat mendekat dengan niat mendoakan Abang, sekaligus mengembalikan semua cintanya yang palsu, karna pergi gitu aja tanpa penjelasan sediktpun.

 Baru saja kuberjalan beberapa Langkah, Dilla langsung memanggilku dan mendekatiku, dia bilang, “Nad, bisa ngomong sebentar ga ?, ini penting banget, petuah dari Firli sebelum meninggal”, mendengar hal itu, aku pun sangat ingin tau apa yang diucapkan laki-laki PHP ini sebelum kepergiannya, lalu Dilla bekata, “Pertama-tama, Firli ninggalin surat ini buat kamu, kamu boleh baca setelah saya bicara dulu buat menjelaskan semuanya, lalu aku menerima surat itu dan mempersilahkan Dilla untuk bicara, dia pun bercerita, “Semua dimulai saat kami berumur 9 tahun, saat keluarga saya dan keluarganya Firli, harus menerima kenyataan yang teramat pahit, bahwa Firli menderita Leukemia akut, dan lebih parahnya lagi, Dokter bilang, bahwa maximal usianya diperkirakan hanya bisa sampai 18 tahun saja, siapa yang ga hancur mendengar berita itu, sahabat mana yang hatinya ga terluka mendengar ucapan itu ?, bahkan selama berhari-hari, setelah hari itu, Firli menjadi murung dan berdiam diri dikamar, dia ga mau keluar rumah atau bahkan tersenyum, namun setelah memakan waktu satu minggu, lebih tepatnya pada hari Kamis, Firli keluar kamarnya sambil tersenyum bahagia, dia bilang kepada orang tua dan ke dua kaka nya, bahwa mulai sekarang dan selamaya dia ga akan pernah lagi sedih dan murung, dia mau hidupnya penuh dengan keceriaan dan manfaat untuk banyak orang, pokoknya dia bilang, jangan pernah lagi membahas tentang penyakitnya, anggaplah bahwa penyakit itu ga ada dan dia akan terus hidup sampai umur 100 tahun, setelah mengetahui itu, aku berjanji akan selalu ada bersamanya sampai akhir nanti, aku akan setia berada disampingnya apapun kondisinya, walau dia ga pernah dan ga boleh telat minum obat dan juga rutin cek ke Dokter, karna itulah dia selalu jadi orang yang on time, karna bagi dia, kalo terlambat, semua bisa gawat, dalam hal apapun itu, waktu pun berjalan, kami semakin dewasa, dan sejak memasuki masa SMP hingga Kuliah, Firli selalu aktif dalam kegiatan yang berbau amal dan kemanusiaan, bahkan dia ingin menjadi Dokter karna di mau benar-benar hidupnya menjadi manfaat buat oang lain, dari semua golongan, dan untuk itulah saya selalu ada bersamanya setiap kali dia mau berusaha memberikan manfaat dan kebahagiaan untuk semua orang, namun satu hal yang saya tau, tatapan matanya ga pernah memandang saya lebih dari seorang teman, matanya ga pernah lama memandang mata saya, seolah sinyal bahwa dia ga punya perasaan apapun terhadap saya, meskipun, kita udah bersama-sama sejak kecil.

Sampai tibalah hari itu Nad, hari dimana kamu muncul dan untuk pertama kalinya saya melihat pancaran mata yang berbeda dari selama ini, yaa itu tatapan penuh perasaan cinta dengan seseorang, dan percayalah, saya awalnya juga cemburu ngeliat kalian ketawa bareng dan latihan Basked bareng, Firli sampe rela khusus ngajarin kamu di hari Kamis, yang merupakan hari kesenangannya dia dan hari titik balik hidupnya menjadi selalu ceria, bahkan kalo kita lagi jalan berdua di café ataupun dirumahnya, dia selalu bicarain kamu, dia selalu memuji kamu dan berkata dengan jujurnya bahwa dirinya udah jatuh hati sama cewe yang Bernama Nadya, dia bener-bener beda dan gw suka, begitu katanya. Dan disaat itulah saya sadar kalo saya harus mundur, saya memang mencintai Firli, tapi sesuai komitmen saya selama ini, apapun akan saya lakukan supaya saya bisa membuat Firli bahagia dan melupakan semua masalahnya, dan penyakit yang dia alami, dan kamu mau tau lagi apa yang hebat Nadya ? dulu Dokter bilang umur Firli maximal hanya sampai 18 tahun, namun ternyata Firli berhasil berjuang dan menang sampai hari ini umurnya 21 tahun, bahkan sedikit lagi dia bakalan berhasil jadi Dokter, namun, Tuhan memang tau yang terbaik untuk setiap hambanya, mungkin Tuhan tau kalau sebenernya Firli udah kesakitan didalam dirinya, oleh karna itu, ia lebih ingin memanggilnya pulang dan bersama dipangkuannya, dengan damai dan tenang, diamana ga ada rasa sakit lagi selama-lamanya, Nadya, Firli pernah bilang belum lama ini, seandainya dia  udah ga ada umur lagi, tolong bimbing dan jagain Nadya sampe dia lulus dan jadi Dokter yaah, karna dia ini jenius dan juga asset buat dunia kedokteran dimasa depan,jadi tolong lakuin sesuatu yang ga bisa gw lakuin yaah, inget loo, gw selalu memperhatikan lu dari atas sana hehe, saat dia bicara kaya gitu, saya tau itu semacam firasat darinya, tapi saya mencoba mengabaikan itu semua, sampai tibalah hari ini, hari dimana nampaknya kedepan, kita akan lebih sering bareng-bareng Nad, anggap aja saya mentor kamu selama kamu kuliah, karna ini juga, Amanah dari sahabat saya, jadi kalau hari ini kamu merasa kehilangan seorang senior favorit dimasa awal perkuliahan kamu, sedangkan saya sudah sejak dulu tau kalau kapan aja, saya bisa kehilangan sahabat setia saya, jadii, kalau dibilang korban, kita berdua adalah korban, dan kita berdua sama-sama kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup ini”

Aku pun terdiam mendengar cerita dari Dilla barusan, dan tak terasa air mataku mengalir dan mataku mulai berkaca-kaca, setelah aku dan Dilla bersalaman, seolah sinyal kalo kita baikan dan baik-baik aja,dia pun pergi, aku pun berjalan dan mendekati makam Bang Firli, disana aku membaca suratnya yang berisikan :

 

“Nadya, kau adalah keindahan dari seluruh semesta,

Perpaduan antara semua kecantikan dan potongan kecil surga dalam dunia ini,

Aku berharap bisa selalu ada disana, bersamamu dan menemanimu sedikit lebih lama,

Nadya, mungkin kerbersamaan kita tidaklah panjang, kisah kita tak seindah dalam sebuah Dongeng cinta, dan ku, bukanlah Pangeran dalam kisah ini, karna ku harus pergi, meninggalkan dirimu, tapi bukan cintamu, karna tubuh ini boleh saja terkubur mati, tapi cinta, seharusnya akan abadi selamanya…

Salamku untuk Nadya, junior imut nan cantik serta pemalu, yang kuharap taakan pernah berubah selamanya.”

 

Jadi, ingatlah selalu kalau saya  melihat kamu dari sini Nad,selalu, saya adalah yang pertama kali tersnyum setiap kali kamu berhasil, dan yang pertama kali sedih kalo misalkan kamu melakukan sebuah kehilafan/kesombongan dengan ilmu kamu nanti Nadya.

Saya mencintai kamu tanpa ada keraguan dalam hati saya sedikitpun, dan kalau kamu juga mencintai saya, jadilah Dokter yang hebat, jadilah manfaat untuk banyak orang dan jadilah alasan semua orang yang kamu bantu untuk selalu tersenyum.

 

Firli Ardrian.





Setelah aku membaca isi surat itu, aku pun mengambil Handuk Panda yang sengaja kubawa didalam tasku, aku mengelap air mataku dan berkata sambil tersenyum, makasih banyak atas semuanya yaah Bang, Love you too 😊

 

6.      Ending

 

Tahun demi tahun pun berlalu, tak terasa aku sudah menyelesaikan masa study ku sebagai mahasiswa kedokteran, dan bahkan aku sudah mengambil spesialis jantung untuk lanjutan program study ku. Kak Dilla sudah menikah, suaminya seorang  Pebisnis sukses yang punya cukup banyak perusahaan, dia nampak bahagia sekarang, walaupun kadang ku tau, dia masih suka memikikan kenangan tentang sahabatnya yaitu Bang Firli, dan aku pun  terkadang, setiap kali aku mendapatkan nilai ujian yang sangat memuaskan, aku berkunjung menemui Bang Firli dirumahnya untuk menceritakan hasil ujianku, walaupun aku tau dia pasti sudah tau lebih dulu, tapi paling tidak, dia masih ada dalam kenangan hidupku, karna yang aku tau, seseorang tidak akan pernah meninggalkan kita, selama kita masih memikirkannya dan menyimpannya dalam doa setulus hati, sekalipun nanti mungkin aku taakan bisa lagi selalu mengunjungi rumah Abang, tapi yakinlah, abang akan selalu ada dalam doa Nadya., dan Handuk Panda itu, masih tersipan rapih didalam lemariku, dan aku akan selalu menyimpannya sebagai bukti bahwa Abang pernah ada dalam hidup Nadya.

 

 

Tamat..

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serba Serbi Daun Kelor

The True Nutritionist

Memory's